Tangkapan layar akun media sosial TikTok "Unisba ganteng-cantik" dengan konten mahasiswa Unisba yang dianggap memiliki daya tarik visual menarik pada Kamis, (4/12).
Suaramahasiswa.info, Unisba- Akun TikTok “Unisba Ganteng” dan “Unisba Cantik” menjadi sorotan di kalangan mahasiswa Universitas Islam Bandung (Unisba) sejak kemunculannya pada Oktober lalu. Akun tersebut terlihat mengunggah konten yang menampilkan mahasiswa Unisba yang dinilai memiliki paras menarik.
Dosen Fakultas Psikologi Unisba, Dinda Dwarawati, memberikan tanggapan terkait kemunculan akun media sosial dengan sebutan “Ganteng” dan “Cantik” tersebut. Menurutnya, standar mahasiswa berdasarkan kategori cantik dan ganteng bersifat subjektif dan memiliki tolak ukur yang berbeda-beda.
“Yang paling saya khawatirkan adalah itu terutama tadi yah, penampilan yang ditonjolkan itu khawatirnya hanya fisik yang didahulukan itu, bukan untuk membenahi isi pikirannya mereka, attitude mereka, kompetensi mereka sebagai generasi penerus bangsa,” ujar Dinda saat diwawancarai pada Sabtu, (13/12).
Ia melanjutkan, akun yang menitikberatkan pada tampilan fisik berpotensi menimbulkan kecemburuan akibat adanya standar tersendiri. Padahal, kini masyarakat mulai menerapkan inklusivitas, yang artinya seseorang tidak boleh hanya dipandang dari fisiknya saja.
Selain itu, Dinda menuturkan pengambilan foto dari akun pribadi tanpa izin pun berpotensi melanggar hak cipta. “Kalau buat saya ya, baik dia yang mengizinkan fotonya di upload apalagi kalau enggak diizinkan itu, pasti ada dampak psikologis setidaknya privasi dia terganggu, kan,” ujarnya.
Dinda menambahkan, akun yang menggunakan nama institusi dapat berdampak positif apabila dikelola dengan izin resmi dari kampus. Akun tersebut dapat berfungsi sebagai sarana branding, selama konten yang disajikan masih berkaitan dengan proses pendidikan di Unisba.
Menanggapi hal tersebut, Zilham Al Fathir mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) angkatan 2024 mengaku bahwa ia mengetahui akun tersebut sejak dua minggu terakhir. Meskipun begitu, baginya akun tersebut tidak terlalu penting karena masih banyak hal lain yang bisa ia dilakukan.
Zilham melanjutkan, dirinya sempat membaca berita dari kampus lain yang memaparkan bahwa akun seperti itu memberikan dampak psikologis, seperti beberapa mahasiswa yang menjadi tidak percaya diri. “Yang dampak psikologisnya tuh, bikin beberapa mahasiswa bisa insecure atau enggak ada banyak hal yang mungkin cantik dan ganteng bisa dibilang lumayan relatif, ya,” jelasnya pada Kamis, (4/12).
Menurutnya, akun tersebut muncul karena pengelola akun yang beranggapan bahwa banyak mahasiswa Unisba yang memiliki penampilan fisik menarik. “Mungkin karena admin ini mempunyai pikiran dan inovasi yang berbeda. Mungkin bisa lebih bijak dan jangan sampai menyalahi moral atau etika saja, sih,” ujarnya.
Sementara itu, Salsa selaku mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) angkatan 2024 menganggap akun tersebut rawan menempatkan mahasiswa sebagai komoditas visual. Alhasil, sebutan cantik dan ganteng dapat berpotensi menimbulkan rasa minder di kalangan mahasiswa.
Lebih lanjut, Salsa berharap akun tersebut sebaiknya di nonaktifkan. “Karena banyak juga yang berpikiran kalau akun Universitas Cantik dan Universitas Ganteng, tuh agak kontra, kebanyakannya gitu.” Tegas Salsa.
Terakhir, Dinda berharap akun media sosial yang mengatasnamakan kampus lebih memperhatikan aspek etika, psikologis, dan hukum. Hal tersebut dinilai penting untuk mencegah dampak yang merugikan mahasiswa maupun institusi pendidikan.
“Kita justru butuhnya adalah bagaimana mahasiswa yang punya potensi, punya kompetensi, serta yang memang sesuai dengan standar perguruan tinggi. Selain itu juga mahasiswa yang melakukan pendidikan, melakukan riset, dan melakukan pengabdian kepada masyarakat, ini kan standar inti dari perguruan tinggi,” pungkas Dinda.
Reporter: Meihany Divanika & Trezqy Rajbyla Wijaya/Job
Penulis: Meihany Divanika/Job
Editor: Violetta Kahyang Lestari Fauzi/SM
