Oleh Raden Muhammad Wisnu Permana
Beberapa hari yang lalu, saya melihat postingan laman Instagram Mojok.co yang isinya membahas tentang perpustakaan seharusnya buka 24 jam. Alasannya agar mahasiswa tidak terlalu banyak menghabiskan waktu dengan mengerjakan tugas di coffee shop. Secara pribadi, saya sangat setuju, meskipun hampir mustahil direalisasikan di almamater saya, Universitas Islam Bandung.
Perpustakaan Universitas Islam Bandung di mata saya
Izinkan saya sombong terlebih dahulu. Selama lima tahun menuntut ilmu di Unisba, salah satu tempat yang paling sering saya datangi setelah sekretariat Ormawa (Organisasi Mahasiswa, Red) tempat saya bernaung adalah Gedung R.H.M. Saddak atau UPT. Perpustakaan Universitas Islam Bandung. Saya bahkan sempat mendapat dua sertifikat dari Perpustakaan Unisba untuk Kategori “Pengembalian Buku Tepat Waktu” dan kategori “Peminjam Terbanyak“, meskipun, harus saya akui, saya ini masih belum pintar-pintar amat meski sudah banyak membaca.
Kunjungan saya ke perpustakaan nggak melulu untuk meminjam buku atau mengerjakan tugas kuliah. Seringkali saya berkunjung ke perpustakaan hanya untuk sekadar baca koran atau majalah yang sudah disediakan pihak perpustakaan. Maklum, sewaktu kuliah kan saya mengambil Bidang Kajian Jurnalistik, jadi harus banyak baca koran dan majalah. Selain itu, saya memang tidak berlangganan koran atau majalah di rumah.
Saya juga sering nongkrong di perpustakaan untuk browsing banyak hal dengan Wi-Fi yang sudah disediakannya. Mulai dari membaca berbagai artikel atau berita dari penjuru dunia yang tak tersedia di koran atau majalah yang sudah saya baca, hingga browsing berbagai informasi lainnya seperti ilmu agama hingga berbagai teori konspirasi yang sangat seru untuk dibaca. Maklum, sewaktu kuliah, bahkan hingga saat tulisan ini saya tulis, saya gak punya Wi-Fi di rumah.
Sewaktu saya kuliah, Perpustakaan Unisba sangatlah nyaman untuk “ditongkrongi” karena pihak perpustakaan telah menyediakan karpet serta pendingin ruangan yang bikin saya betah berlama-lama di sini. Selain itu, disediakan juga air mineral gratis dan bahkan, pada hari-hari tertentu, disediakan sejumlah kopi sachet dan kudapan gratis untuk pengunjung perpustakaan. Jadi nggak heran, saya sering ngajakin teman-teman kuliah saya untuk kerja kelompok di sini karena nugas di coffee shop itu tergolong mahal untuk saya, bahkan sampai saat ini ketika saya sudah bekerja.
Saya rasa, yang punya pikiran seperti ini bukan saya saja. Ada puluhan atau bahkan ratusan mahasiswa Unisba yang punya pikiran yang sama dengan saya. Maklum, gak semua mahasiswa berlangganan koran atau majalah di kediamannya masing-masing. Gak semua mahasiswa punya WiFi di rumah atau kosannya masing-masing. Gak semua mahasiswa diberi uang saku yang berlebih oleh keluarganya untuk bisa nugas di coffee shop.
Sayangnya, seperti kata pepatah, tak ada gading yang tak retak. Perpustakaan Unisba punya satu kekurangan penting, yakni jam operasionalnya yang sangat terbatas. Sewaktu saya kuliah, jam operasional Perpustakaan Unisba adalah pukul Senin s/d Jumat muali pukul 08.00 s/d sekitar pukul 15.30 WIB atau beberapa menit sebelum kumandang Adzan Ashar dan Sabtu pukul 08.00 s/d beberapa menit sebelum kumandang Adzan Dzuhur.
Tentu, hal tersebut sangatlah mengganggu. Lagi asyik-asyiknya baca buku, baca koran, ngerjain skripsi, atau kerja kelompok, terpaksa berhenti karena waktu operasional perpustakaan terbatas. Makanya, saya kepingin Perpustakaan Unisba bisa buka 24 jam atau setidaknya sampai pukul 22.00 WIB, misalnya.
Biar gak salah paham, yang saya maksud di sini bukan berarti para pustakawan yang bertugas harus jaga perpustakaan selama 24 jam ya. Yang saya maksud, Perpustakaan Unisba menyediakan semacam “working space” agar mahasiswa bisa nugas, skripsian, atau diskusi tanpa batasan waktu dengan bebas.
Cukup sediakan semacam “lounge” berupa sofa, kursi, meja, atau area lesehan lengkap dengan coffee bar atau dispenser untuk minum atau vending machine. Ada juga sejumlah koran atau majalah yang bisa dibaca. Nantinya, ada juga petugas security dan kamera CCTV yang standby di sana agar suasana aman selalu. Kira-kira seperti itu.
Biar kayak di luar negeri
Saya menuliskan tulisan ini biar kualitas mahasiswa Unisba dapat meningkat seperti mahasiswa di kampus-kampus besar di luar negeri. Dari yang saya baca, banyak kampus-kampus besar di luar negeri yang membuka perpustakaannya selama 24 dengan harapan agar mereka dapat melahirkan generasi intelektual yang hebat karena sering baca, mengerjakan tugas, skripsian, maupun diskusi di perpustakan. Kalau jam operasionalnya dibatasi, gimana hal tersebut bisa terwujud?
“Kan bisa ke perpustakaan di siang hari!”
Masalahnya, perkuliahan itu banyak yang berjalan di siang hari dan baru selesai di sore hari. Sekalipun pada hari itu gak ada perkuliahan sama sekali, ada banyak mahasiswa yang lebih nyaman membaca, belajar, atau mengerjakan tugas atau skripsi di malam hari, bukan?
Memang, ada sejumlah spot di Unisba yang bisa digunakan untuk nugas, skripsian, atau kerja kelompok seperti pelataran fakultas, Aquarium, atau sekretariat ormawa. Tapi kan tempat-tempat tersebut gak selalu kondusif karena sering digunakan mahasiswa untuk rapat atau para ormawa untuk berkegiatan? Nggak semua mahasiswa Unisba merupakan anggota ormawa kampus sehingga bisa menggunakan fasilitas sekretariat ormawa untuk nugas atau skripsian? Sekalipun kosong melompong, bukan berarti kondusif bukan? Makanya saya ingin Perpustakaan Unisba bisa buka 24 jam, sekurang-kurangnya, menyediakan semacam working space seperti yang sudah saya sebutkan di atas.
Jika Perpustakaan Unisba bisa buka 24 jam, saya jamin bisa ada banyak mahasiswa yang mengamini ide saya tersebut. Mereka bisa menghemat pengeluaran untuk nugas atau skripsian di coffee shop yang mahal.
Kita juga sama-sama tahu gak semua mahasiswa Unisba itu latar belakang ekonominya kuat, bukan? Saya yang sudah enam tahun lulus dari Unisba saja nggak mau membelanjakan Rp50.000 hanya untuk sekadar work from coffee shop kecuali sekalian ketemu klien atau rekan kerja. Apalagi yang masih berstatus sebagai mahasiswa?
Itulah kenapa, saya ingin Perpustakaan Unisba bisa buka 24 jam. Dengan harapan, mereka akan jadi manusia yang jauh lebih intelek dari saya dengan menjadi akademisi handal karena sering nongkrong di perpustakaan untuk membaca, menulis, riset, atau diskusi-diskusi yang ada manfaatnnya alih-alih lebih banyak nongkrong gak jelas di coffee shop yang mahal dan lebih banyak ngalor-ngidulnya ketimbang nugas atau diskusi yang ada manfaatnya.
Penulis merupakan alumni Fakultas Ilmu Komunikasi