Suaramahasiswa.info, Unisba— Aksi Kamisan Bandung kembali digelar pada Kamis, (8/2), bertempat di depan Gedung Sate. Aksi kali ini bertajuk Merawat Ingatan, Menolak Lupa! terkait kasus pelanggaran-pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terus terjadi. Aksi yang dihadiri oleh berbagai elemen ini bertujuan untuk terus menyuarakan isu-isu pelanggaran HAM dan menjalin relasi.
Fayyad, selaku koordinator Aksi Kamisan Bandung, menjelaskan bahwa aksi kamisan kali ini dibuka dengan orasi kemudian refleksi hingga pembacaan puisi. Selanjutnya ditutup dengan pernyataan mengenai pandangan politik bahwa masyarakat harus melampaui politik elektoral dan membangun alternatif politik lainnya.
“Yang ditegasin di sini bahwa mulailah kita tidak lagi mempercayai demokrasi kotak suara, tapi kita mulai bergerak membangun hal-hal yang memang bisa dijangkau oleh kita, yang memang merepresentasikan demokrasi kerakyatan yang dimana suara-suara individu saling dihargai satu sama lain bukan percaya pada demokrasi kotak suara yang kita mewakilkan suara kita entah pada siapa,” tutur Fayyad pada Kamis, (8/2)
Menurutnya, selama hukum masih dibentuk oleh orang yang memiliki modal dan kuasa maka hukum tidak dapat dipercaya untuk memayungi kasus-kasus pelanggaran HAM. “Kasus-kasus pelanggaran HAM sejauh ini memang tidak pernah ada titik terang, namun yang harus kita upayakan adalah bagaimana kita memandang kasus-kasus pelanggaran HAM dengan perspektif korban. Dalam artian kita harus mendukung apa yang diinginkan oleh korban dan juga keluarga korban,” tuturnya pada Kamis, (8/2).
Dalam aksi kali ini, sesuai dengan poster yang tersebar seharusnya ada silang pendapat bersama istri almarhum Munir, Suciwati. Namun, dikonfirmasi oleh Fayyad bahwa Suciwati tidak dapat hadir karena sakit.
Walaupun begitu, menurut salah satu peserta aksi, Fathi Yakan, mengatakan bahwa aksi kali ini berjalan lebih baik dan lebih ramai dari sebelumnya. Ia pun berharap kedepannya Aksi Kamisan dapat bergerak lebih masif lagi.
“Lebih dikonkretin lagi aja gerakannya, selama 17 tahun ini sudah baik, sudah bagus secara konsisten terus ada, tapi harus membuat kolektif-kolektif dan perkumpulan yang bisa lebih besar yang bisa menggertak penguasa,” ujarnya pada Kamis, (8/2).
Selain itu, Fayyad berharap agar aksi kedepannya dapat menjadi ruang bersama untuk belajar khususnya soal isu HAM. Ia menginginkan tidak ada lagi kamisan dalam artian kasus-kasus pelanggaran HAM sudah tidak ada. Hal itu juga dengan upaya-upaya kecil berupa penyadaran lingkungan yang dapat dilakukan di ruang-ruang lainnya seperti tempat tongkrongan.
Reporter: Lies Ghaida Rifayani, Vanyssa Mutya Anggraeni, & Aura Lestari Sandy/Job
Penulis: Lies Ghaida Rifayani/Job
Editor: Syifa Khoirunnisa/SM