Suasana jalan di depan Gedung Sate, Kota Bandung, yang dipenuhi oleh massa aksi mahasiswa dari berbagai kampus di Jawa Barat pada Jumat, (29/09). Aksi ini digelar untuk memperingati September Hitam yang penuh dengan pelanggaran HAM. (Foto: Muhammad Dwi Septian/SM)
Suaramahasiswa.info, Unisba– Ratusan mahasiswa dari sekitar 20 universitas di Jawa Barat menggelar aksi unjuk rasa memperingati September Hitam dengan membawa lima tuntutan yang telah disepakati. Unjuk rasa ini digelar di Jl. Diponegoro No.22, Kota Bandung, tepatnya di Gedung Sate pada Jumat, (29/09).
Koordinator Lapangan (Korlap) demonstrasi ini, Muhammad Arya Pradhana, mengungkapkan bahwa aksi sempat mengalami keterlambatan karena menunggu massa yang datang dari luar Bandung. Menurutnya, aksi ini bertujuan agar Penanggung jawab (PJ) Gubernur Provinsi Jawa Barat, Bey Machmudin, menghampiri dan berdiskusi dengan massa mahasiswa mengenai hal yang dituntut.
Adapun lima tuntutan yang dibawa oleh massa aksi, yaitu:
- Jaksa Agung melakukan penyidikan terhadap seluruh kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat yang telah selesai diselidiki oleh Komisi Nasional HAM agar keseluruhan kasus tersebut dapat segera ditindaklanjuti sesuai dengan mandat Undang-undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM melalui proses Yudisial.
- Menuntut Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jawa Barat membuat Pakta Integritas terkait pelayanan yang humanis, berpihak kepada rakyat, dan mewujudkan penegakan demokrasi dan HAM.
- Menuntut PJ Gubernur Jawa Barat untuk berpihak kepada warga Dago Elos dalam konflik sengketa lahan antara warga dengan pihak swasta (PT. Dago Inti Graha dan Muller cs) dan pedagang Pasar Banjaran atas konflik sengketa pasar antara pedagang lama dengan Pemerintah Kabupaten Bandung.
- Menuntut sikap tegas PJ Gubernur Jawa Barat sebagai representasi warga Jawa Barat untuk menyuarakan solidaritas terhadap Masyarakat yang tergusur di Wilayah Rempang.
- Menuntut PJ Gubernur menyelesaikan permasalahan sampah di Jawa Barat.
Unjuk rasa berakhir pada pukul 20.01 WIB dengan massa aksi yang berhasil memasuki halaman Gedung Sate. Meski begitu, PJ Gubernur tidak hadir di tengah mahasiswa sehingga unjuk rasa berakhir dengan membaca ulang tuntutan. Mereka memberikan ultimatum selama 4 x 24 jam kepada pemerintah terkait agar segera menanggapi semua tuntutan.
Arya pun berharap aksi ini tidak hanya menjadi seremonial namun dapat membawa perubahan yang baik bagi Jawa Barat. “Bisa menjadi Jabar (Jawa Barat, Red) yang lebih baik, aksi ini tidak hanya menjadi seremonial belaka, tapi dengan aksi ini kita bisa memperbaiki untuk jabar itu sendiri,” katanya.
Muhammad Ramdan selaku Korlap dari Unisba mengatakan bahwa pihaknya memiliki tuntutan sendiri mengenai sampah dan pengelolaannya di Kota Bandung. Ia menjelaskan aksi hari ini merupakan keresahan khususnya mahasiswa Unisba terkait dengan kondisi sampah yang ada di Bandung saat ini.
Ramdan mengatakan bahwa Unisba diwakili oleh setiap perwakilan dari beberapa fakultas. “Dari unisba kurang lebih 100 orang dari beberapa fakultas, yang tidak ada itu MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Red) dan Kedokteran, sisanya memang mengikuti,” ujarnya saat diwawancarai pada Jumat, (29/9).
Raihan Yamanda Putra, salah satu massa aksi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati, mengapresiasi banyaknya massa aksi yang berpartisipasi dan solidaritas antar kampus di Jawa Barat. Raihan berharap unjuk rasa yang dilakukan dalam rangka “September Hitam” ini dapat didengar oleh pemerintah.
Di sisi lain, Ilham Pupu Fadilah sebagai salah satu massa aksi dari Universitas Islam Bandung berharap unjuk rasa yang dilaksanakan berikutnya dapat berjalan lebih kondusif. Menurutnya, ada cara lain yang bisa dilakukan selain membuat kericuhan, seperti dengan mengangkat isu ini di media sosial.
Reporter: Adelia Nanda Maulana & Nabil Fadilah/SM
Penulis: Adelia Nanda MAulana/SM
Editor: Syifa Khoirunnisa/SM