Sosok Raden Saleh dan lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro. (Ilustrasi: Muhammad Irfan/SM)
Suaramahasiswa.info– Pada tahun 1857 Raden Saleh melakukan perlawanan terhadap lukisan Penyerahan Diri Diponegoro yang dilukis oleh Nicolaas Pieneman. Raden Saleh menentang lukisan tersebut dikarenakan lukisan tersebut tidak sesuai dengan keadaan Pangeran Diponegoro yang dikhianati oleh kolonial Belanda.
Raden Saleh memiliki nama asli Saleh Sjarif Boestaman. Ayahnya bernama Sayyid Hoesen bin Alwi bin Awal bin Yahya, seorang keturunan Arab-Hadramaut. Ibunya bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen, yang memiliki darah Jawa. Ia lahir di Terboyo, Semarang dengan tahun kelahiran yang tidak diketahui kepastiannya. Beberapa sumber menyebutkan bahwa sang habib (Keturunan Nabi Muhammad) lahir pada tahun 1809 sampai 1815.
Namun Werner Kraus, kurator asal Jerman yang seperempat abad hidupnya mempelajari karya sang pelukis raja tersebut menilai waktu kelahiran Raden Saleh pada tahun 1811 dianggap lebih tepat. Alasannya karena sesuai dengan data, ia mulai belajar melukis pada 1819, ketika ia berusia 8 tahun dan masih bersekolah di Volks-School (sekolah rakyat).
Pada usia remaja, Raden Saleh bertemu dengan seorang pelukis keturunan Belgia bernama Antoine Auguste Joseph Payen (AAJ Payen) yang didatangkan dari Belanda untuk membuat lukisan pemandangan di Pulau Jawa yang disimpan sebagai hiasan kantor Departement Van Kolonieen di Belanda. Payen tertarik untuk memberikan bimbingan kepada Raden Saleh karena melihat bakat yang dimilikinya.
Atas ketertarikan Payen terhadap bakat Raden Saleh, Payen mengusulkan agar dia mendapatkan pendidikan yang lebih baik di Belanda. Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Godert Alexander Gerard Philip Baron van der Capellen mendukung usulan tersebut. Lalu pada tahun 1829 Saleh diberangkatkan ke Belanda untuk belajar seni lukis. Setelah bertualang di Eropa, dirinya kembali ke Indonesia pada tahun 1852.
Dalam perjalanan melukisnya, Raden Saleh sudah banyak menciptakan banyak karya, diantaranya berjudul Perburuan Singa (1840 dan 1841), Perburuan Rusa (1846), Kebakaran Hutan (1849), Perburuan Banteng II (1861), Penangkapan Pangeran Diponegoro (1857), Harimau Minum (1863), Antara Hidup dan Mati (1870).
Setelah bertahun-tahun berada di Belanda, ia dikatakan sempat melihat lukisan yang berjudul Penyerahan Pangeran Diponegoro (1830-1835) yang dibuat oleh seniman Belanda bernama Nicolaas Pieneman. Raden Saleh tidak setuju dengan gambaran dalam karya Pieneman karena tidak sesuai dengan peristiwa yang sesungguhnya terjadi pada Pangeran Diponegoro. Dirinya pun menentang hal tersebut dengan membuat karya yang diberi judul Penangkapan Pangeran Diponegoro.
Perbedaan kedua lukisan tersebut ialah lukisan Pieneman menggambarkan Diponegoro dengan wajah lesu dan pasrah, Raden Saleh menggambarkan Diponegoro dengan raut tegas dan menahan amarah. Pieneman memberi judul karyanya Penyerahan Pangeran Diponegoro, Raden Saleh memberi judul Penangkapan Pangeran Diponegoro. Pieneman melukiskan bendera Belanda dalam lukisannya, tetapi Raden Saleh tidak menampilkan bendera Belanda.
Lukisan Raden Saleh cenderung lebih dalam, dengan kain batik dan blangkon yang terlihat pada para pengikut Pangeran Diponegoro. Ia tidak melukiskan senjata apapun pada pengikut Diponegoro, bahkan keris Diponegoro pun tidak digambar untuk menunjukkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada bulan Ramadhan. Perubahan ini menentang pihak Belanda yang telah berkhianat.
Raden Saleh menentang pihak Belanda dikarenakan pengkhianatan yang dilakukan oleh pihak Belanda terhadap Pangeran Diponegoro. Pengkhianatan Belanda adalah membujuk Pangeran Diponegoro agar datang ke Magelang untuk mengakhiri Perang Jawa pada tahun 1830. Tetapi pihak Belanda tidak memenuhi jaminan keselamatannya, dan Pangeran Diponegoro pun ditangkap kemudian diasingkan ke Manado, Sulawesi Utara, di Benteng Fort Nieuw Amsterdam.
Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro merupakan perlawanan terhadap pihak Kolonial Belanda karena telah berkhianat, dan perlawanan terhadap lukisan Nicolaas Pieneman. Lukisan tersebut juga menampilkan rasa nasionalisme Raden Saleh terhadap tanah kelahirannya.
Raden Saleh menghembuskan nafas terakhirnya di Bogor pada 23 April 1880. Menurut pemeriksaan dokter penyebab kematiannya adalah terhambatnya aliran darah karena pengendapan yang terjadi di dekat jantungnya. Dan karya-karya beliau banyak disimpan di museum dan Istana. Salah satunya karya Penangkapan Pangeran Diponegoro berada di Istana Kepresidenan, Yogyakarta.
Penulis: Fikri Fadilah/Job
Editor: Muhammad Irfan/SM