Ilustrasi orang sedang menunjuk hal yang harus dilakukan (do) dan hal yang tidak boleh dilakukan (dont`s) dalam menjalani gaya hidup untuk mengurangi jumlah sampah. (Ilustrasi: Farhan Anfasa Hidayat/SM)
Suaramahasiswa.info, Unisba– Banyak negara di dunia, termasuk Indonesia, masih bergumul dengan polemik sampahnya. Seperti yang terjadi di Kota Bandung baru-baru ini, banyak sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang menumpuk melebihi batas. Hal tersebut akibat ditutupnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti yang mengalami gangguan.
Selain baunya yang mengganggu, sampah juga berdampak buruk bagi lingkungan dan orang disekitarnya jika tidak dikelola dengan baik. Seperti mendatangkan banjir level rendah maupun tinggi, mendatangkan berbagai penyakit, mencemari sungai dan laut, serta musibah lainnya.
Sampah yang kita buang nyatanya tidak pernah terbuang, ia hanya berpindah tempat saja dan menuju ke TPA. Namun ironisnya kini sampah-sampah tersebut mulai melebihi batas yang telah dipersiapkan oleh pemerintah.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022 mencatat jumlah timbunan sampah nasional di Indonesia mencapai angka 21,1 juta ton. Dari total produksi tersebut, 65,71 persen yaitu sekitar 13.9 juta ton dapat terkelola, sedangkan sisanya 34,29 persen yaitu sekitar 7,2 juta ton belum terkelola dengan baik.
Buang Sampah Pada Tempatnya Tidak Cukup
Dari seluruh sampah yang tidak terkelola dengan baik di daratan, sebagiannya dibuang ke sungai dan berakhir di lautan. Tindakan tersebut memberikan dampak buruk bagi kehidupan dalam laut. Sri Marianti, anggota Dewan Pakar Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (ISKINDO), dalam diskusi Blended Financing Untuk Mengatasi Permasalahan Lingkungan Indonesia mengatakan ada 100 ribu hewan laut yang mati karena sampah plastik.
Menurut data KLHK pada tahun 2020, lautan Indonesia sudah tercemar oleh sekitar 1.772,7 gram sampah per meter persegi. Adapun jenis sampah yang paling banyak ditemukan adalah sampah plastik, sampah kaca, dan sampah keramik.
Permasalahan pengelolaan sampah yang ada di Indonesia dapat dilihat dari beberapa faktor. Di antaranya yaitu tingginya jumlah sampah yang dihasilkan, tingkat pengelolaan pelayanan masih rendah, TPA yang masih terbatas jumlahnya, institusi pengelola sampah, dan masalah biaya.
Hal itu diperburuk dengan kesadaran masyarakat Indonesia dalam memilah sampah yang kurang. Akhirnya, sampah yang gagal dipilah tidak dapat dimanfaatkan kembali dan benar-benar berakhir jadi limbah, terutama plastik yang tidak dapat diurai dengan mudah oleh bumi.
Proses penguraian sampah plastik memerlukan waktu mencapai 50 hingga 100 tahun. Indonesia pun kini dianggap menjadi penyumbang sampah plastik nomor dua terbesar di dunia meski Indonesia bukan pengonsumsi plastik terbesar.
Mengutip indonesia.go.id, Indonesia sendiri memasang target pengurangan sampah plastik sebesar 70 persen di 2025. Komitmen dan kerjasama pun dibutuhkan dari segala elemen masyarakat untuk mewujudkannya, seperti meminimalisir penggunaan barang yang nantinya akan menjadi sampah. Oleh karena itu, membuang sampah pada tempatnya saja tidak cukup.
Gaya Hidup Zero Waste Adalah Tindakan yang Tepat
Salah satu tindakan yang dapat mengurangi sampah ialah menerapkan gaya hidup zero waste atau bebas sampah. Mengutip dari Zerowaste.id, zero waste merupakan filosofi yang dijadikan sebagai gaya hidup untuk mendorong manusia lebih bijak dalam mengonsumsi dan memaksimalkan siklus sumber daya sehingga produk-produk bisa digunakan kembali.
Terdapat lima metode yang menjadi pegangan untuk membentuk gaya hidup zero waste, yaitu Refuse (menolak), Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang), dan Rot (membusukkan sampah). Tujuannya agar sampah tidak berakhir di TPA sehingga berdampak buruk bagi alam.
Penerapannya bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti mengurangi sampah plastik dengan membawa tempat makan atau minum sendiri, mendaur ulang barang tidak terpakai, memanfaatkan sampah organik, dan menggunakan bahan pembersih ramah lingkungan. Bukan hanya itu, gaya hidup zero waste ini juga memerlukan konsistensi agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Seorang wanita asal Amerika Serikat Bernama Lauren Singer telah menunjukkan kekuatan gaya hidup zero waste. Dirinya telah mengaplikasikan gaya hidup tersebut selama empat tahun dan hanya menghasilkan sampah sebanyak satu jar kecil.
Meski tidak sepenuhnya bebas sampah, gaya hidup zero waste perlahan mampu menyelamatkan alam dari kerusakan. Jika seluruh manusia dapat meminimalisir jumlah sampah setiap harinya, maka otomatis kuantitas sampah akan berkurang dan proses pengelolaannya pun akan teratasi dengan maksimal.
Penulis: Melani Sri Intan/SM
Editor: Syifa Khoirunnisa/SM